17 December 2016

[Resensi] Bulan


Namanya Seli, usianya 15 tahun, kelas sepuluh. Dia sama seperti remaja yang lain. Menyukai hal yang sama, mendengarkan lagu-lagu yang sama, pergi ke gerai fast food, menonton serial drama, film, dan hal-hal yang disukai remaja.
Tetapi ada sebuah rahasia kecil Seli yang tidak pernah diketahui siapa pun. Sesuatu yang dia simpan sendiri sejak kecil. Sesuatu yang menakjubkan dengan tangannya.
Namanya Seli. Dan tangannya bisa mengeluarkan petir.

novel bulan Tere Liye, resensi novel bulan Tere Liye


Penulis: Tere Liye

Cover dan ilustrasi: eMTe

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

ISBN: 978-602-03-1411-2

Enam bulan lalu, setelah pertempuran besar di Perpustakaan Sentral, Kota Tishri, Klan Bulan, Miss Selena mengantar Raib, Ali dan Seli kembali ke Bumi, ke rumah Seli.

Sejak meletus pertempuran besar antar dunia paralel dua ribu tahun lalu, sebagian penduduk Klan Matahari pindah dan menetap di Bumi. Seiring waktu, beberapa menikah dengan penduduk setempat. Perkawinan antar klan mengubah struktur kode gen, sebagian besar keturunan Klan Matahari kehilangan kemampuannya.

Mama Seli adalah salah satu keturunan Klan Matahari, dan dia hanya bisa mengeluarkan listrik kecil, bukan petir seperti Seli. Sedangkan orang tua Raib adalah makhlu Bumi. Mereka merawat Raib sejak kecil, dan ini membuat Raib sering bertanya-tanya tentang orang tua kandungnya.

Miss Selena mengabarkan bahwa ada delegasi dari Klan Bulan yang akan berkunjung ke Klan Matahari. Untuk mencegah rencana Tamus mengembalikan si Tanpa Mahkota dan menguasai Klan Bulan, dan seluruh klan yang ada. Klan Matahari harus bersekutu dengan Klan Bulan. Raib, Seli dan Ali akan ikut dalam perjalanan itu.

Mereka berangkat bersama Av, Miss Selena dan Ily, melalui portal yang dibuka menggunakan buku PR Matematika Raib, Buku Kehidupan.

Ketika tiba di Klan Matahari, tepatnya di Stadion Matahari, mereka disambut oleh ratusan ribu pendukuk Klan Matahari. Hari itu tepat diadakan pembukaan Festival Bunga Matahari, dan ternyata kedatangan mereka sudah dinantikan.

Festival Bunga Matahari adalah perlombaan paling penting di Klan Matahari. Sembilan kontingen dari Sembilan fraksi berlomba menemukan bunga matahari yang pertama mekar, di tempat yang tidak diketahui. Kontingen yang lebih dulu menemukan bunga matahari tersebut akan memenangkan festival.

Satu kontingen terdiri dari empat orang anak muda terlatih, tangguh dan menguasai kemampuan bertahan hidup terbaik, karena banyak rintangan untuk bisa menemukan bunga matahari yang pertama mekar.

Festival Bunga Matahari tahun ini special karena ada tambahan satu kontingen, yaitu kontingen Klan Bulan. Av sempat protes karena mereka tidak dikabarkan sebelumnya kalau akan diikutsertakan dalam festival ini. Tapi demi kelancaran diplomasi dan tercapainya tujuan utama mereka mengunjungi Klan Matahari, akhirnya Raib, Seli dan Ali menyetujui untuk ambil bagian dalam festival tersebut. Walaupun berbahaya dan mempertaruhkan nyawa mereka.

Apakah mereka bisa menyelesaikan semua tugas dan menghadapi rintangan yang ada selama festival berlangsung? Dan siapakan yang berhasil menemukan Bunga Matahari yang pertama mekar?

Novel Bulan Tere Liye ini merupakan sambungan dari buku sebelumnya, Bumi. Karena cerita di buku ini masih berkaitan dengan buku sebelumnya, sebaiknya kamu membaca dulu cerita awalnya supaya tidak bingung. Ide cerita di buku kedua ini pun tidak kalah seru dan unik. Kali ini kita dibawa ke Klan Matahari yang berbeda jauh dengan Klan Bulan. Dimana di klan ini semua serba cerah, penduduk yang suka memakai pakaian dengan warna-warna cerah.

Tokoh di cerita ini masih sama dengan cerita sebelumnya, dengan tambahan tokoh dari Klan Matahari. Menurutku karakter Raib sudah mulai dewasa di buku ini, tidak terlalu mudah emosi, lebih bisa berfikir dengan jernih dan tidak asal bertindak, berbeda dengan karakternya di cerita sebelumnya.

Ide cerita tentang festival Bunga Matahari di novel Bulan Tere Liye ini mengingatkanku pada film Hunger Game, dengan ide perlombaan yang berbahaya dan mempertaruhkan nyawa. Tapi di buku ini ceritanya tidak seseram itu.

Tidak sabar nih membaca lanjutan cerita ini di buku selanjutnya, nantikan resensinya ya.

Yuk membaca ^^

post signature








No comments:

Post a Comment

enjoy your reading and don't forget to leave comment here